Tidak diragukan lagi, ketidakaktifan berdampak buruk bagi kita. Duduk dalam waktu lama secara konsisten dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian yang lebih tinggi. Respons nyata terhadap nasib buruk ini adalah dengan tidak duduk dan bergerak. Bahkan olahraga beberapa saat pun bisa memberikan manfaat, menurut penelitian. Namun di zaman modern ini, duduk sulit untuk dihindari, terutama di kantor. Hal ini memunculkan serangkaian strategi untuk bangkit, termasuk munculnya meja berdiri. Jika Anda harus ditambatkan ke meja, setidaknya Anda bisa melakukannya sambil berdiri, begitulah pemikirannya.
Namun, penelitian mengenai apakah meja berdiri bermanfaat masih jarang dan terkadang tidak meyakinkan. Selain itu, berdiri dalam waktu lama juga mempunyai risiko tersendiri, dan data mengenai duduk yang berhubungan dengan pekerjaan juga beragam. Meskipun keputusan akhir mengenai meja berdiri masih belum jelas, dua penelitian yang dilakukan tahun ini menawarkan beberapa bukti paling beragam tentang potensi manfaat dan risiko bekerja sambil berdiri.
Duduklah
Selama bertahun-tahun, penelitian menunjukkan bahwa meja berdiri meningkatkan penanda kesehatan kardiovaskular dan metabolisme, seperti tingkat lipid, resistensi insulin, dan pelebaran yang dimediasi aliran arteri (kemampuan arteri untuk melebar sebagai respons terhadap peningkatan aliran darah). Namun tidak jelas seberapa signifikan perbaikan tersebut dalam mencegah dampak kesehatan yang buruk, seperti serangan jantung. Sebuah analisis pada tahun 2018 menunjukkan bahwa manfaatnya mungkin kecil.
Dan ada alasan yang masuk akal untuk bersikap skeptis terhadap meja berdiri. Pertama, berdiri—seperti duduk—tidak bergerak. Jika kurangnya gerak dan olahraga adalah akar permasalahannya, berdiri diam bukanlah solusi.
Namun, meskipun duduk dan berdiri dapat digabungkan ke dalam satu kategori “diam”, beberapa peneliti berpendapat bahwa tidak semua duduk itu sama. Dalam makalah posisi tahun 2018 yang diterbitkan dalam Journal of Occupational and Environmental Medicine, dua pakar kesehatan berpendapat bahwa hubungan antara kesehatan yang buruk dan duduk dapat disebabkan oleh populasi tertentu yang diperiksa dan “kontribusi khusus” dari “waktu duduk di rumah, misalnya” misalnya, 'efek kentang sofa'.”
Kedua peneliti tersebut—profesor emeritus David Rempel, yang sebelumnya bekerja di Universitas California, San Francisco, dan Niklas Krause, yang sebelumnya bekerja di UCLA—menunjukkan beberapa penelitian yang secara khusus mengamati waktu duduk di tempat kerja dan dampak kesehatan yang buruk, menghasilkan hasil yang beragam. Misalnya, analisis tahun 2013 tidak menemukan hubungan antara duduk di tempat kerja dan penyakit kardiovaskular. Meskipun penelitian ini menunjukkan adanya kaitan dengan kematian, namun kaitan tersebut hanya terjadi pada perempuan. Ada juga penelitian pada tahun 2015 terhadap sekitar 36.500 pekerja di Jepang yang diikuti rata-rata selama 10 tahun. Studi tersebut menemukan bahwa tidak ada hubungan antara angka kematian dan waktu duduk di antara pekerja bergaji, profesional, dan orang yang bekerja di bisnis rumahan. Namun, ada hubungan antara angka kematian dan duduk di antara orang-orang yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Namun, meskipun ada beberapa hal yang tidak jelas, penelitian terbaru terus menemukan hubungan antara duduk terlalu lama—di mana pun Anda duduk—dan dampak kesehatan yang buruk, khususnya penyakit kardiovaskular. Hal ini terus meningkatkan minat terhadap meja berdiri di kantor, di mana orang tidak selalu dapat menikmati waktu istirahat yang sering. Dan hal ini, pada gilirannya, membuat para peneliti terus berusaha menjawab apakah ada manfaat dari meja berdiri.